Minggu, Oktober 12, 2008

PEMERINTAH TETAPKAN SYARAT KETAT, Harga BBM Subsidi Sulit Turun




BANDUNG, Investor Daily
Pemerintah akan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi bila harga minyak mentah dunia menyentuh level US$ 70 per barel hingga akhir tahun. Jika harga minyak mentah dunia masih fluktuatif dan bisa naik kembali ke level US$ 100, pemerintah belum berniat menurunkan harga BBM subsidi.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kendati harga minyak mentah di pasar internasional saat ini turun hingga ke level US$ 80-an per barel, kemungkinan harga ‘emas hitam’ tersebut meroket kembali ke level US$ 100 per barel masih tinggi.

Di sisi lain, dalam APBN 2008 harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) diasumsikan sebesar US$ 95 per barel. “Oleh karena itu, agar harga BBM dalam negeri turun maka harga minyak mentah dunia harus di bawah asumsi harga minyak APBN,” ujar Purnomo di sela Hari Jadi Pertambangan dan Mineral di Bandung, Jumat (10/10).

Tiga BBM saat ini masih disubsidi pemerintah, yaitu solar, premium, dan minyak tanah. Ketiga BBM subsidi tersebut telah disesuaikan harganya sejak 24 Mei 2008. Harga solar naik dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.500, premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000, dan minyak tanah dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.500.

Dalam APBN-P 2008, kuota BBM subsidi ditetapkan sebesar Rp 35,5 juta kiloliter (kl) meliputi premium 16,8 juta kl, solar 11 juta kl, dan minyak tanah 7,7 juta kl. Premium yang ditargetkan 16,8 juta kl, sekitar 30% atau 4,9 juta kl dikonsumsi oleh warga di kawasan Jadebotabek.

Sebelumnya, Purnomo mengatakan, harga BBM subsidi tidak bisa turun karena sejak Januari sampai September 2008, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) masih berada di atas US$ 100 per barel. Menurut dia, sepanjang tahun ini rata-rata ICP masih di kisaran US$111,75 per barel. Pemerintah baru akan membahas kemungkinan penurunan harga BBM jika rata-rata ICP berada di bawah US$ 100 per barel atau sekurang-kurangnya dalam dua bulan terakhir berada di level US$ 70 per barel.

Purnomo menegaskan, pemerintah sulit menurunkan harga BBM subisidi saat ini karena harga minyak dunia terus berfluktuasi dan cenderung sulit diprediksi. Dia memperkirakan, harga minyak mentah dunia akan kembali naik menjelang akhir tahun karena permintaan minyak akan bertambah.

“Kami terus memonitor perkembangan harga minyak dunia ini, namun yang lebih utama saat ini adalah memastikan kebutuhan BBM dalam negeri terpenuhi. Ini untuk menghindari terjadinya kelangkaan di masyarakat yang berakibat melonjaknya harga BBM di pasaran,” ucapnya.

Secara terpisah, anggota Komisi VII DPR Alvin Lie mendukung keputusan pemerintah tersebut. Menurut dia, rencana untuk menurunkan harga BBM tidaklah tepat di tengah situasi perekonomian yang belum stabil dan harga minyak dunia masih fluktuatif. Pasalnya, penurunan harga minyak dunia tersebut sudah langsung menguntungkan sektor industri yang mengkonsumsi BBM nonsubsidi. Keputusan menurunkan harga BBM tidak akan memberikan sentimen yang positif untuk perekonomian bagi kalangan industri.

“Harga minyak dunia masih punya peluang untuk naik lagi, seadainya dampak dari resesi ekonomi tersebut mulai pulih. Pemerintah perlu berjaga-jaga terhadap kenaikan kembali harga minyak dunia tersebut,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Menurut Alvin, sebaiknya pemerintah membenahi sektor kelistrikan yang lebih dibutuhkan masyarakat dari kelebihan anggaran subdisi BBM yang tidak terpakai. Sektor kelistrikan nasional saat ini sangat membutuhkan kucuran dana untuk merampungkan proyek pembenahan defisit listrik melalui pembangunan pembangkit 10.000 megawatt di Pulau Jawa dan pembangkit penunjang lainnya di luar Pulau Jawa.

Tidak ada komentar: