margocoy: Depo BBM Plumpang, Jakarta Utara
Dua hari lalu warga Jakarta dikejutkan masih adanya penemuan rumah kontrakan yang berisikan bahan-bahan peledak dan amunisi. Ternyata Jakarta masih belum aman dari bom. Dan yang lebih mengejutkan lagi, sasaran peledakan kali ini adalah Depo Pengisian Bahan Bakar Minyak Plumpang Jakarta Utara, atau Depo Plumpang. Depo ini adalah fasilitas yang sangat strategis dan dapat melumpuhkan perekonomian bila gagal beroperasi apalagi diledakkan.
Rumah kontrakan di Kelapa Gading Sengon, tempat penemuan bahan peledak dan amunisi terletak di kawasan pemukiman padat penduduk dan bersebelahan dengan Depo Plumpang, dan sangat dekat dengan salah satu tangki penampungan BBM. Sementara Depo Plumpang merupakan depo yang memasok puluhan ribu liter BBM setiap harinya ke berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Jabotabek. Setidaknya depo ini memiliki 20 tangki raksasa berdiameter 50 meter setiap tangkinya. Sebagai bayangan, Depo plumpang ini memilikipanjang sekitar 1 kilometer dan lebar 500 meter.
Wahyu, tersangka pemilik bahan peldak ini diduga sebagai salah satu murid dari Dr. Azahari dan mempunyai kemampuan membuat bahan peledak dan meledakkan. Dan bila aksi peledakan dilakukan di Depo Plumpang dan mengenai satu saja tangki BBM, akan terjadi efek ledakan yang luar biasa besar karena akan menyambar belasan tangki raksasa lainnya. Ledakan ini selain menghancurkan jaringan BBM di Plumpang, diperkirakan akan memakan korban jiwa yang sangat banyak, karena letak Depo Plumpang di kawasan padat penduduk. Bisa dibayangkan,berapa ratus korban jiwa yang bisa terbunuh, berapa ribu rumah dan harta benda lainnya yang hancur. Ini akan lebih mematikan daripada Bom Kuningan maupun Bom Mariott yang pernah terjadi sebelumnya.
Sementara bila bom ini diledakkan akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi maupun aktivitas harian belasan juta warga Jabotabek. Hancurnya Depo Plumpang, akan menghentikan aktivitas distribusi BBM ke seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dan ini akan mengakibatkan ratusan ribu kendaraan tak dapat mengisi bahan bakar serta banyak warga Jakarta dapat terhenti aktivitasnya. Namun perkiraan ini belum memasukkan bila Pertamina sebagai pemilik depo sudah mempunyai contingency plan untuk mengantisipasi bencana semacam ini.
Melihat bahaya seperti ini, sudah seharusnya peran Depo Plumpang dipecah ke depo lain dan sebagai fasilitas vital perekonomian bangsa, depo semacam ini harus dijauhkan dari pemukiman padat penduduk. Karena Depo semacam itu dapat membahayakan penduduk sekitar, dan sebaliknya warga setempat dapat disusupi oleh orang-orang tak bertanggung jawab yang mengancam keberadaan depo.
SIAPA WAHYU "TERORIS" SEBENARNYA?
Wahyu yang dalam penampilan kesehariannya nampak sederhana dan biasa saja itu, diyakini memiliki kemampuan sangat tinggi dalam perakitan dan peracikan bahan-bahan pembuat bom.
Pada 22 Januari 2007 kontak senjata api dengan tim Mabes Polri di Poso pada saat penangkapan pelaku teror di Poso. Wahyu lalu melarikan diri pada tanggal 24 Januari 2007 ke Gorontalo. Pada 25 Januari 2007 lari ke Jakarta sampai dengan sekarang.
Wahyu juga pernah terlibat dalam kasus penembakan anggota Brimob di Loki, Maluku. Turut serta bersamanya Asep Dahlan, Asadullah, dan lain-lain. Ia juga terlibat kepemilikan senjata api, amunisi, bahan peledak, cairan kimia dalam rangka persiapan kegiatan teroris di Indonesia.
Lantas, siapa 7 anggota lainnya yang ditetapkan sebagai tersangka baru? Menurut Sulistyo, mereka diduga merupakan murid dari teroris terkenal (alm) Dr Azahari. Ini bisa diidentifikasi dari cara mereka merakit bom yang sama.
Kelompok ini diduga juga terkait dengan kelompok Fakta di Palembang, kelompok NII di Jakarta, dan kelompok Jamaah Islamiyah di Singapura dengan tokohnya Hasan alias Taslim yang merupakan lulusan kamp Al Qaida di Afghanistan.
Kelompok ini, lebih canggih dibanding para pelaku terorisme sebelumnya. Indikasinya, printed circuit board (PCB) yang mereka buat sudah lebih sempurna dan lebih rapi dibanding PCB yang pernah disita. Kemajuan signifikan dalam PCB ini mengakibatkan pembuatan switching bomb lebih cepat dan lebih banyak. (Joe)
JAKARTA, JUMAT - Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri menyatakan, sasaran teroris saat ini tidak lagi fokus pada masalah perlawanan terkait dengan perbedaan aqidah dan simbul-simbul barat seperti Amerika Serikat (AS). Menurut Kapolri, saat ini fokus kelompok teroris sudah mulai bergeser pada pemerintah yang memerangi terorisme. Sasarannya adalah objek-objek vital milik pemerintah.
Pernyataan ini disampaikan Kapolri di Mabes Polri, Jumat (24/10), seusai melantik Kapolda Jawa Barat Irjen Susno Duaji sebagai Kabareskrim Mabes Polri menggantikan dirinya. Pernyataan Bambang Hendarso ini untuk menjawab keraguan masyarakat terkait dengan klaim Densus 88 Antiteror yang menyatakan kelompok teroris Wahyu Cs yang digulung di Kelapa Gading akan meledakkan Depo Pertamina Plumpang.
Sementara selama ini kelompok teroris yang terkait dengan jaringan Jamaah Islamiyah (JI) sasarannya bukan milik pemerintah seperti Depo Pertamina. Mereka selalu memilih sasaran gedung yang menjadi simbol AS atau tempat yang banyak dikunjungi oleh orang barat. Sehingga klaim akan meledakkan Depo Pertamina diragukan oleh berbagai pihak.
Menurut Kapolri, dengan bergesernya fokus perlawanan ini, tidak mengada-ada bila kelompok Kelapa Gading yang digulung beberapa waktu lalu membidik Depo Pertamina Plumpang untuk diledakkan.
"Mereka tidak lagi hanya fokus pada kelompok yang berbeda aqidah atau yang mereka sebut sebagai orang kafir. Tapi sekarang juga sudah mulai mengalihkan sasaran pada pejabat atau pemerintah yang memerangi teroris," jelas Bambang Hendarso Danuri.
Menurut Kapolri, jaringan teroris di Indonesia sangat banyak dan terorganisir dengan baik. Keberadaan mereka seperti gunung es, kelihatannya di permukaan hanya sedikit, tapi sesungguhnya di dalamnya sangat besar.
Polri Masih Memburu Dua Tersangka Teroris |
24/10/2008 21:12:54 WIB | |
Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri terus memburu dua tersangka kasus teroris di Jakarta Utara, Selasa (20/10) yang kini kabur. Kedua tersangka yang lolos dari penangkapan itu adalah Sbrh dan Abh.
‘Polri belum dapat memastikan apakah dua orang yang lolos itu warga negara
Kedua tersangka itu diduga terus berpindah-pindah tempat tinggal. Mereka menggunakan nama lain sebagaimana tersangka lain yang tertangkap yakni Rusli Mardani alias Wahyu Ramadhan alias Uci alias Farid alias Zulfikar.
Selain mengejar dua tersangka yang kabur, polisi juga terus mengumpulkan keterangan dan barang bukti terkait dengan penangkapan
Tersangka lain yang tertangkap selain Rusli adalah Muntasir, dan Nurhasani alias Hasan, Imam Basori alias Basar dan Budiman.
Rusli, Hasan, Muntasir, dan Budiman tertangkap di
Dalam penyelidikan, Rusli diduga terlibat kasus terorisme di Poso dan
Dari kelima tersangka itu, Budiman kini dirawat di rumah sakit karena sakit tifus dan anemia.
Barang bukti yang disita di Jakarta Utara antara lain pistol kaliber 9 mm, satu magazen, 27 butir peluru kaliber 9 mm, satu laras senjata api, satu peredam suara senjata api, 257,5 gram TMP dan dokumen tentang perakitan bom. (ris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar