Minggu, Oktober 11, 2009

Pasca Kenaikan, Pengoplosan Elpiji Rawan Terjadi

Minggu, 11/10/2009 14:21 WIB
Suhendra - detikFinance




Jakarta - Pusat Studi Kebijakan Publik mensinyalirnya adanya peluang yang dilakukan oleh spekulan untuk melakukan pengoplosan (over tabung) isi tabung elpiji 3 kg ke tabung 12 kg pasca kenaikan tabung 12 kg, 6 kg dan 50 kg.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI) Sofyano Zakaria dalam siaran persnya Minggu (11/10/2009)

"Disparitas harga antara elpiji 12 kg dengan 3 kg juga mampu memancing perbuatan pidana bagi para spekulan yang akan melakukan peng-oplos-an atau memindahkan isi tabung ( over tabung) elpiji 3 kg (subsidi penuh pemerintah) ke tabung elpiji 12 kg (subsidi oleh Pertamina)," katanya

Ia menjelaskan indikator terjadinya hal tersebut akan dapat dimonitor dengan data penjualan elpijii 3 kg dan 12 kg. Untuk itu kata dia, Pemerintah perlu membentuk sebuah lembaga pengawasan yang terpadu dan berada pada seluruh wilayah di tanah air . Pasokan subsidi elpiji 3 kg, lanjut Sofyano, harus dilakukan dalam bentuk distribusi tertutup, harus segera dilakukan dan sangat mungkin dilakukan. Mengingat Pertamina saat ini memilik data lengkap soal data-data penerima tabung dan kompor elpiji 3 kg program konversi energi.

"Pada saat pembagian kompor dan tabung elpiji 3 kg secara gratis kepada masyarakat eks pengguna minyak tanah, telah pula dibagikan kartu pelanggan elpiji yang memuat data nama pelanggan, agen dan pangkalan yang akan melayani. Untuk memantau kebutuhan riil elpiji pada suatu wilayah perlu dilakukan rayonisasi pemasaran elpiji," serunya.

Sofyano juga mendesak kepada pemerintah, segera menetapkan tata niaga elpiji subsidi atau subsidi tabung 3 kg dan tidak lagi melepas niaga elpiji 3 kg sesuai mekanisme pasar karena ini menyangkut subsidi pemerintah (anggaran negara). Selain itu kata dia, Pertamina sudah harus segera menekan pemohon izin pembangunan stasiun pengisian bulk elpiji (SPBE) untuk segera merealisir pembangunan SPBE dengan adanya batas waktu maksimal yang harus diwujudkan tanpa toleransi.

"Tujuannya ntuk mencegah adanya perbuatan spekulatif yang hanya bertujuan untuk jual beli izin SPBE saja," katanya.

Dikatannya juga perlu adanya perbedaan pengisian tabung 3 kg dengan SPBE untuk pengisian tabung 12 kg. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan terkait adanya disparitas harga antara elpiji 12 kg dengan elpiji 3 kg. Seperti diketahui Pertamina mulai tanggal 10 Oktober 2009 telah menaikkan harga elpiji sebesar Rp 100 per kilogram untuk elpiji kemasan 50 kg, 12 kg, dan 6 kg. Harga elpiji kemasan 12 kg dan 6 kg yang sebelumnya Rp 5.750 per kg naik menjadi Rp 5.850 per kg. Selain itu harga elpiji kemasan 50 kg yang sebelumnya sebesar Rp 7.255 per kg meningkat menjadi Rp 7.355 per kg.

Dengan demikian harga baru elpiji untuk kemasan 12 kg menjadi Rp 70.200 per tabung, harga baru elpiji 6 kg Rp 35.100 per tabung, dan elpiji kemasan 50 kg Rp 367.750 per tabung.


(hen/hen)

Senin, September 14, 2009

Stok BBM Jelang Lebaran Aman

Jum'at, 19 September 2008 - 19:14 wib



JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memastikan ketersediaan stok BBM nasional menjelang Idul Fitri tahun ini aman. Per 18 September, stok semua jenis BBM masih berada di level aman rata-rata hingga 22,1 hari mendatang.

"Stok BBM kita aman untuk Lebaran mendatang," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Faisal, di sela buka puasa bersama di Pom Bensin Pertamina Kuningan, Jakarta, Jumat (19/9/2008).

Untuk jenis premium dipastikan mencukupi untuk 18,1 hari, jenis solar aman untuk 24,7 hari ke depan. Sedangkan elpiji dapat mencukupi untuk 17,69 hari ke depan.

Untuk itu, dalam mengamankan pasokan, Pertamina mengantisipasi beberapa hal, antara lain pembentukan satuan tugas (satgas) BBM, serta membentuk posko yang disiagakan sejak H-10 hingga H+10 di sejumlah titik SPBU sepanjang jalur mudik, seperti di jalur Pantura, selatan, arah Merak dan Lampung. Hal ini termasuk pengoperasian depot operasi selama 24 jam.

Selain itu, Pertamina pun menyiagakan SPBU untuk beroperasi penuh selama 24 jam. "Pembukaan SPBU 24 jam di jalur-jalur tertentu kami wajibkan. Kalau tidak diwajibkan juga, saya yakin pengusaha juga tetap akan buka selama 23 jam karena omsetnya besar," tambahnya.

Pertamina juga telah menentukan SPBU strategis sebagai SPBU kantong, yakni SPBU yang akan digunakan sebagai lokasi pangkalan mobil tangki BBM yang siap diberangkatkan bilamana ada SPBU yang dekat dengan SPBU kantong.

Dengan demikian, distribusi BBM dapat dilakukan lebih cepat dengan memperpendek jarak distribusi sebagai antisipasi kemacetan. Adapun jumlah SPBU kantong tersebut ada 40 SPBU, yakni 4 buah di wilayah Banten-Lampung, 12 buah di wilayah Jawa Barat, 17 buah di Jawa Tengah-DIY, dan 7 buah di Jawa Timur

Sumber: okezone.com coy

Kamis, Mei 28, 2009

Pemerintah Usulkan Besaran Alfa BBM Bersubsidi 2010

Cara perhitungan Alpha:
http://docs.google.com/Presentation?id=dtzc55h_41dsjk75cd
KAMIS, 28 MEI 2009 14:53 WIB
JAKARTA. Pemerintah mengusulkan besaran alpha bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun 2010 pada Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, di Jakarta, Kamis (28/5). Usulan ini disampaikan Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H Legowo yang didampingi Kepala BPHMIGAS Tubagus Haryono, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, dan Wakil Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI.

Besaran alpha BBM bersubsidi tertimbang rata-rata nasional yang diusulkan antara Rp 573,83 sampai dengan Rp 587,31 per liter, dengan asumsi ICP US$ 45-70 per barel. Alpha yang diusulkan tersebut, lebih besar dibanding alpha tahun 2009 yaitu antara Rp 563,57 sampai Rp 577,43 per liter, dengan ICP antara US$ 45-70 per barel.

Untuk ICP US$ 45 per barel, alphanya mencapai Rp 573,83 per liter. ICP US$ 50 per barel, alpha sebesar Rp 576,52 per liter dan Rp 579,22 per liter untuk ICP 55 per barel. ICP US$ 60 per barel, alpha mencapai Rp 581,92 per liter. ICP US$ 65 per barel, alpha Rp 584,61 per liter dan ICP US$ 70, alphanya Rp 587,31 per liter.

Dirjen Migas Evita H Legowo menjelaskan, formula harga patokan BBM PSO merupakan jumlah dari MOPS ditambah Alpha. MOPS (Mean of Platts Singapore) merupakan harga indeks minyak di Singapura yang mencerminkan transaksi jual beli produk minyak, sedangkan alpha adalah biaya distribusi plus margin dimana harga jual eceran sudah termasuk dengan PPPKB 5% kecuali minyak tanah, dan PPN 10%.

Alpha sendiri, lanjut Dirjen Migas, terdiri komponen biaya pengangkutan, distribusi, penyimpanan, margin BU (Pertamina), dan margin penyalur. Pengangkutan diuraikan atas pengangkutan yang dilakukan melalui laut dan biaya penyaluran melalui pipa dari kilang menuju depot. Biaya distribusi adalah biaya distribusi darat, laut, dan udara dari depot ke lembaga penyalur, kecuali minyak tanah. Penyimpanan terdiri dari biaya penyimpanan dan handling termasuk angkutan sampai ke depot dan asuransi. Selanjutnya, ujar Dirjen Migas, ada margin dari badan usaha (BU) sebagai pelaksana BBM PSO yang harus mendapatkan margin yang wajar, sementara margin penyalur adalah margin tertimbang dimana minyak tanah tidak mendapatkan margin.

Untuk tahun 2010, pemerintah mengusulkan volume BBM bersubsidi sebesar 36,504 juta kilo liter, terdiri dari premium 21,454 juta kilo liter, kerosene 3,8 juta kilo liter dan solar 11,250 juta kilo liter. Sumber ESDM

SPBU Terbakar, 1 Penumpang Angkot Gosong


SERANG (Pos Kota) – Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 34-142.14 di Kampung/Desa Kalodran, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Banten, Kamis (28/5) pagi, terbakar.

Musibah kebakaran tersebut mengakibatkan 2 penumpang angkutan kota (angkot) terbakar, seorang diantaranya tewas dengan kondisi gosong.

Meski kondisi korban tewas sulit diketahui namun polisi telah mengidentifikasi korban sebagai siswa sekolah menengah umum. Sedangkan korban luka bakar yang dirawat di RSUD Serang bernama Joni, 18, warga Kampung Parung Dalam, Kelurahan Panancangan, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.

Penyebab terbakarnya pom bensin di Jln. Raya Serang-Jakarta, Kota Serang ini masih dalam penyelidikan. Namun kebakaran terjadi diduga akibat sambaran api yang berasal dari kompor pedagang cilok saat sang supir mengisi bensin ke dalam diriken.

Berdasarkan keterangan di lokasi kejadian, musibah kebakaran yang terjadi di SPBU milik Edi Amin, pengusaha asal Jakarta Barat ini terjadi sekitar pukul 06:30. Bermula ketika supir angkot A 1939 BJ jurusan Terminal Pakupatan-Pontang yang identitasnya belum diketahui ini berniat mengisi bensin ke dalam diriken yang ada didalam angkot.

Dalam kendaraan tersebut ada pedagang cilok membawa kompor yang masih menyala. Supir angkot ini tidak memperhatikan kompor yang berdampingan dengan diriken tersebut masih menyala. Seketika api menyambar bensin yang berada dalam derigen.

Tujuh penumpang yang ada didalam kendaraan berusaha menyelamatkan diri namun salah satu penumpang tidak berhasil menyelamatkan diri dan tewas terbakar.

Dibantu warga setempat, petugas SPBU berusaha memadamkan api yang mayambar mesin pengisian dengan peralatan kebakaran yang ada. Agar kobaran api tidak merembet ke mesin pengisian lainnya, warga menyeret kendaraan angkot yang terbakar ke sisi jalan. Upaya warga berhasil, kobaran api berhasil dipadamkan sebelum petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian.

Sabtu, Mei 09, 2009

POTENSI BIOFUEL DARI JERAMI

Potensi Biofuel dari Jerami PDF Cetak E-mail
Thursday, 29 May 2008
 Kompas.com - Di sejumlah besar daerah jerami masih dianggap sampah bahkan akhirnya berakhir dengan dibakar karena tak bermanfaat. Padahal, produk sampingan dari usaha pertanian padi tersebut sebenarnya punya potensi besar sebagai bahan dasar biofuel, bahan bakar ramah lingkungan.

Tidak hanya akan memberikan nilai tambah, pemanfaatan jerami juga mencegah pelepasan karbon ke atmosfer saat terbakar. Siklus karbon ke atmosfer dapat diperpanjang dengan mengubahnya menjadi biofuel.

Terobosan tersebut telah dilirik produsen ethanol di China. Apalagi, sebagai salah satu negara terbesar, setiap tahun sekitar 230 juta ton batang jerami dibuang begitu saja. Tiga fasilitas pengolahan jerami menjadi biofuel telah dibangun sampai saat ini.

Namun, untuk mengolah jer ami bukan hal yang mudah. Batang jerami yang kaya selulosa tidak mudah terurai bakteri yang biasa dipakai dalam proses pembuatan biomassa. Para peneliti memanfaatkan larutan alkali sodium hidroksida untuk melunakkannya sebelum proses fermentasi atau peragian.

"Semuanya dilakukan pada suhu kamar, tanpa energi tambahan, dan butuh sedikit air, sehingga secara keseluruhan prosesnya sederhana, cepat, efektif biaya, dan ramah lingkungan," ujar Xiujin Li dari Universitas Teknologi Kimia Beijing.

Metode yang sama sebenarnya juga sudah digunakan untuk memproduksi ethanol di lebih dari 30 negara. Namun, bahan yang diolah adalah tebu, jagung, dan kedelai yang notebene merupakan sumber pangan utama manusia, bukan bahan buangan.

Sementara di China, jerami diolah agar menghasilkan biogas. Penggunaan larutan tersebut telah terbukti meningkatkan produksi campuran gas methan dan karbon dioksida hingga 65 persen. Residu atau sampah olahannya juga bermanfaat sebagai kompos.

"Dengan cara ini, jerami benar-benar didaur ulang seluruhnya," ujar Li. Memang masih ada gas karbon diosida yang dilepaskan, namun kadarnya tak sebesar jika jerami dibakar.

Pilot proyek tiga pabrik dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah China melalui Program Riset dan Pengembangan Teknologi Tinggi. Sebagai negara agraris penghasil padi, bukankah teknologi semacam ini sangat tepat di Indonesia daripada menggunakan singkong atau kelapa sawit.

WAH/Livescience.com

Menanam Sumber Energi di Lahan Tandus


PDF Cetak E-mail


Foto: Alfy - Mataram

Areal bekas pertambangan di kaki sebuah bukit di Citereup, Bogor, Jawa Barat, itu dua atau tiga tahun lalu gersang dan panas. Tidak ada tetumbuhansebagai peneduh. Yang ada hanya hamparan bebatuan terjal ukuran besar dan sedang. Sejauh mata memandang hanya hamparan bumi yang kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan flora dan fauna di sana.

Namun kini, hamparan tanah tandus dan gersang itu mulai menghijau. Di sanasini tumbuh pohon jarak setinggi sekitar setengah meter. Bahkan ada yang lebih tinggi dari itu. Meski di lahan tandus, namun pohon yang oleh masyarakat dikenal sebagai jarak pagar (Jatropha curcas L), itu tumbuh dengan subur. Daun danbijinya yang lebat memberi indikasi kuat bahwa tanaman ini mendapat suplai makan yang cukup dari tanah tandus tempatnya tumbuh.

Tanaman jarak itu sengaja ditanam di areal bekas tambang PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di kawasan Cietereup. Tidak hanya untuk reklamasi areal bekas tambang, budidaya tanaman ini juga dimaksudkan sebagai upaya pengembangan energi alternatif. Jarak yang dihasilkan tersebut diolah dan bisa dipakai dalam proses pembakaran di pabrik Indocement.

Penggunaan minyak jarak ini bisa menggantikan batu bara sebagai energi yang tidak terbaharukan. Dan ternyata, kualitas pembakaran dengan minyak jarak ini tidak kalah dengan yang dihasilkan batu bara. Keuntungan lainnya, pembakaran minyak jarak dalam proses produksi semen ini lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2) sebagai penyumbang utama pemanasan global. Atas kebijakan membudidayakan tanaman jarak ini, tak heran kalau PT Indocement mendapat penghargaan Indonesian CSR Award 2008 kategori sosial dan lingkungan.

Jarak merupakan tanaman yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini digunakan sebagai bahan bakar pesawat Jepang saat menjajah Indonesia pada 1942 sampai 1945. Hampir semua bagian tanaman ini bisa dimanfaatkan. Misalnya untuk obat berbagai jenis penyakit, seperti radang, batuk, dan sebagai antiseptik. Juga bisa untuk bahan baku sabun, insektisida, dan minyak.

Kandungan minyak jarak kalah dibandingkan sawit, kelapa atau alpukat. Namun rendemen minyak (trigliserida) dalam inti biji sekitar 55 persen atau 33 persen dari berat total biji. Ini lebih besar ketimbang sawit yang sebesar 20 persen.

Sejumlah peneliti bahkan ada yang mengatakan rendemen jarak pagar Indonesia bisa mencapai 42 persen Public & General Affairs Division Manager PT Indocement Tbk, Alexander Frans, mengungkapkan, selain mendukung lingkungan, budidaya tanaman jarak juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sebab harga minyak jarak yang dipakai dalam proses produksi semen lebih murah dibandingkan batu bara.

Industri semen, katanya, adalah jenis industri yang padat bahan bakar. Sekitar 50 persen dari biaya produksi adalah untuk batu bara. Karena itu perlu dipikirkan energi alternatif yang bisa menggantikan batu bara.

‘’Suatu saat cadangan energi dari batu bara akan habis. Karena itu perlu solusi lain agar kita tidak tergantung pada batu bara. Dan energi alternatif dari tanaman jarak ini menjadi salah satu jawabannya. Sepanjang 2008 kemarin, pemakaian minyak jarak idi Indocement bisa menggantikan sekitar 7 persen penggunaan batu bara,’’ ujarnya kepada Republika.

Hingga saat ini, terang Alex, panggilan akrab Alexander Frans, luas lahan tanaman jarak yang dibudidayakan mencapai 200 hektar. Ini berada di tiga lokasi pabrik, Citereup (Bogor), Cirebon, danTarjun (Kalimantan Selatan). Ke depan pihaknya menargetkan luas lahan budidaya tanaman jarak ini bisa mencapai seribu hektar.

Setiap pohon bisa menghasilkan hingga 100 buah. Dan setiap buah memiliki tiga biji yang bisa menghasilkan bahan bakar minyak. ‘’Biji jarak ini kami peras dan langsung menghasilkan minyak. Minyak inilah yang kami gunakan untuk proses pembakaran semen. Tidak hanya biji jarak, cangkangnya juga kami gunakan untuk proses pembakaran. Jadi sama sekali tidak menghasilkan residu atau sampah. Artinya semua bagian jarak digunakan untuk proses pembakaran,’’ jelas Alex. Dalam program ini, Indocement melibatkan masyarakat di sekitar pabrik.

Perusahaan memberikan bibit tanaman jarak kepada masyarakat. Tidak hanya itu, pendampingan dan bimbingan juga dilakukan agar masyarakat mampu menanam tanaman dengan baik dan hasilnya maksimal. Setelah dipanen, Indocement akan membeli hasil tanaman jarak tersebut dari masyarakat sesuai harga pasar.

Dengan melibatkan masyarakat setempat dalam proyek ini, maka pihaknya telah memberikan sumbangsih terhadap pembangunankomunitas dan pemberdayaan ekonomi. ‘’Sebenarnya banyak perusahaan lain yang sudah mengembangkan jarak. Hanya saja mereka terkendala penyerapannya. Kami sudah sampaikan, selama biaya pengakutan ke pabrik kami visibel, maka kami siap menampung pohon jarak dari pihak lain,’’ demikian ujar Alex.

Pengembangan tanaman jarak sebagai energi alternatif yang dilakukan Indocement bisa jadi inspirasi bagi produsen semen yang lain. Jika semua perusahaan semen melakukan hal yang sama, tentu bisa menghemat batu baradalam jumlah besar. Selain menguntungkan secara ekonomi, hal ini tentu berdampak pada lingkungan karena mengurangi pemanasan global secara signifikan. Selama ini kita mengetahui pemanfaatantanaman jarak sebagai oli dan minyak tanah. Ternyata, jarak juga bisa dimanfaatkan dalam proses produksi semen.

Investor asing
Potensi tanaman jarak di Indonesia yang sangat besar menarik minat investor asing untuk berinvestasi. Setidaknya lima perusahaan asal Cina sudah siap menanamkan modal di sektor perkebunan dan pertanian untuk mengembangkan bahan bakar nabati (biofuel) di Indonesia dengan nilai investasi sekitar 500 juta dolar AS.

‘’Biofuel berbahan baku tanaman jarak sudah mulai dikembangkan di Nusa Tenggara Timur (NTT),’’ kata Duta Besar Indonesia untuk Cina, Sudrajat, seperti dikutip Republika beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan, pengembangan budidayatanaman jarak di NTT dilakukan dengan menggandeng perusahaan dalam negeri, dan akan dikembangkan ke sejumlah wilayah lain bagian timur Indonesia. Selain dari tanaman jarak, perusahaan yang berasal dari Shenzen dan Shanghai tersebut juga mengembangkan biofuel dari kelapa sawit. ‘’Selain untuk keperluan pabrik biofuel di dalam negeri, hasil tanaman jarak dan bahan baku kelapa sawit dari Indonesia diharapkan juga bisa memenuhi refinery biofuel di Cina,’’ ujar Sudrajat. jar

Sumber: Republika

Selasa, April 21, 2009

ExxonMobil Jadi Perusahaan Terbesar


Selasa, 21 April 2009 | 14:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mau tahu ranking perusahaan Amerika Serikat berpendapatan terbesar selama tahun lalu? Majalah Fortune kembali mengumumkan Fortune 500 yang berisi daftar perusahaan AS berpendapatan terbesar.

Fortune menempatkan perusahaan minyak ExxonMobil Corp di posisi pertama daftar itu. Fortune mencatat, tahun lalu, pendapatan ExxonMobil mencapai 442,9 miliar dollar AS (Rp 4.761 triliun), lima kali Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. ExxonMobil juga meraih laba bersih tertinggi ketimbang perusahaan lain, yaitu 45,2 miliar dollar AS.

ExxonMobil menggusur posisi Wal Mart Stores Inc. Tahun lalu, pendapatan peritel besar di AS itu 405,61 miliar dollar AS dan menangguk laba bersih 13,4 miliar dollar AS.

Setahun sebelumnya, Wal Mart menempati posisi pertama di daftar itu. Waktu itu, Wal Mart meraih pendapatan 378,80 miliar dollar AS dan laba bersih 40,61 miliar dollar AS.

Data tahun ini juga menunjukkan kondisi perusahaan-perusahaan di AS yang memprihatinkan. Pendapatan rata-rata seluruh perusahaan yang masuk daftar Fortune 500 turun 85 persen menjadi cuma 99 miliar dollar AS tahun lalu.

Bulan lalu, majalah Forbes juga merilis Forbes Global 2000 yang berisi daftar perusahaan terbesar di dunia tahun ini. Perhitungan bobot daftar itu berdasarkan nilai penjualan, keuntungan dan aset perusahaan, serta kapitalisasi pasar perusahaan tersebut pada tahun sebelumnya.

Dalam daftar itu, ExxonMobil juga menempati urutan pertama dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai 335,54 miliar dollar AS. ExxonMobil juga menempati posisi pertama perusahaan dengan laba bersih terbesar sedunia.

Namun, untuk kategori perusahaan dengan pendapatan terbesar, posisi pertama dipegang oleh perusahaan minyak dan gas asal Belanda, Royal Dutch Shell. Tahun lalu, penjualan perusahaan tersebut 458,36 miliar dollar AS. (Harris Hadinata/Kontan)

Harga Minyak Melorot ke 45 Dollar AS


Selasa, 21 April 2009 | 16:02 WIB

SINGAPURA, KOMPAS.com — Harga minyak melemah di perdagangan Asia, Selasa (21/4), menyusul penurunan tajam harga saham AS memunculkan kembali kekhawatiran terhadap memburuknya ekonomi dan dampaknya terhadap permintaan energi.

Kontrak berjangka utama di New York, minyak mentah light sweet untuk penyerahan Mei turun 44 sen menjadi 45,44 dollar AS per barrel pada perdagangan sore. Pada hari Senin kontrak minyak turun hampir sembilan persen di AS. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun 31 sen menjadi 49,55 dollar AS per barrel.

Para analis mengatakan, harga kembali menyesuaikan diri dengan kondisi aktual di pasar minyak. "Koreksi yang terjadi menghapus kenaikan yang tidak sesuai dengan kondisi fundamental pasokan dan permintaan," kata Antoine Halff, Wakil Direktur Utama NewEdge Group.

Perlambatan global telah menurunkan permintaan energi dan menarik turun harga minyak dari puncak pada sekitar 147 dollar AS per barrel pada tahun lalu.

Menteri Perminyakan Uni Emirat Arab (UAE) mengatakan, Senin, bahwa harga minyak pada 50 dollar AS per barrel akan mendukung ekonomi global, UAE merupakan produsen minyak terbesar kesembilan di dunia.

Briket Kulit Kacang


Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Nasional Malang, Jawa Timur, membuat briket sampah di laboratorium kampus, Sabtu (26/4), untuk mengatasi semakin mahalnya harga bahan bakar di pasaran. Briket sampah ini memiliki kandungan kalori 3.000 joule hingga 5.000 joule, bisa menyala selama 4 jam. Satu kilogram briket sampah sama dengan 1,5 liter minyak tanah. Briket sampah merupakan bahan bakar terbarukan (renewable resources).


Sehari-hari Edy Gunarto bergelut dengan kulit kacang. Kulit kacang itu dia masukkan ke dalam sebuah drum besar lalu dibakarnya selama sekitar dua jam. Agar cepat dingin, arang kulit kacang itu kemudian dijemur. Setelah dihancurkan hingga menyerupai tepung, adonan itu diaduk dengan lem kanji. Proses terakhir adalah mencetaknya menjadi briket siap pakai. Eny Prihtiyani

Warga Dusun Plebengan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta, ini menggeluti usaha itu setidaknya sejak lima tahun terakhir. Briket produksinya itu sudah dipasarkan ke berbagai kota, seperti Surabaya dan Jakarta. Sebagian besar pelanggannya adalah kalangan industri rumah tangga.

Gagasan membuat briket kulit kacang muncul ketika Edy menghadapi banyaknya sampah kulit kacang di daerahnya. Sampah itu dibiarkan berserakan di pinggir jalan atau dibuang begitu saja di kebun-kebun. Di rumahnya sendiri, sampah kulit kacang juga tidak kalah banyaknya. Apalagi istrinya adalah pengepul kacang tanah.

”Bila panen tiba, banyak petani yang menjual kacang kepada istri saya. Setelah dikupas, oleh istri saya lalu dijual kepada pedagang pasar tradisional, terutama di Beringharjo. Jadi, sampah kulit kacang di rumah selalu menumpuk,” katanya.

Sampah kulit kacang itu makin menumpuk ketika Edy berhasil membuat alat pengupas kacang dengan kapasitas 2 kuintal per hari. Alat itu terus dia sempurnakan hingga kapasitasnya mencapai 1,5 ton per hari. Alat itu dibuatnya setelah mengamati alat perontok padi karena prinsip kerjanya hampir sama.

”Dengan bantuan alat pengupas, kacang tanah yang tertampung semakin banyak. Tidak hanya dari petani di Bantul, tetapi juga dari wilayah Gunung Kidul dan Kulon Progo. Itu membuat usaha istri saya berkembang pesat. Dampak lainnya, ya semakin menumpuknya sampah kulit kacang di rumah kami,” ujarnya.

Awalnya Edy hanya menjual sampah kulit kacang itu kepada para perajin tahu seharga Rp 30.000-Rp 35.000 per truk. Oleh perajin, kulit kacang dipakai sebagai bahan bakar mengolah tahu.

Setelah mendapat informasi dari berbagai sumber, seperti buku dan pelatihan tentang pembuatan briket, dia pun tertarik membuat briket kulit kacang. ”Saat itu yang diperkenalkan adalah pembuatan briket dari serbuk gergaji. Namun, karena bahan bakunya di tempat saya sulit dan yang tersedia kulit kacang, ya saya coba saja,” cerita Edy.

Eksperimen

Selama masa eksperimen, Edy masih mencampur kulit kacang dengan serbuk gergaji. Dia khawatir, kalau semua bahan bakunya dari kulit kacang, briketnya tidak bisa sempurna. Lambat laun dia mulai meninggalkan serbuk gergaji dan hanya menggunakan kulit kacang.

Keuletan dan ketelatenan Edy melakukan eksperimen membawanya pada satu kesimpulan, yakni briket bisa dibuat dari semua jenis limbah organik. Selain kulit kacang, briket juga bisa dibuat dari bahan baku seperti cangkang jarak, tempurung kelapa, dan tongkol jagung.

Sekarang, bila stok kulit kacang tengah menipis, Edy beralih pada bahan baku yang lain. ”Karena di daerah sini terkenal sebagai sentra kacang, stok kulit kacang praktis selalu tersedia meskipun pada masa-masa tertentu stok kulit kacang kadang memang agak berkurang. Dalam kondisi seperti ini, biasanya saya beralih ke tongkol jagung,” katanya.

Dalam sehari Edy bisa memproduksi sekitar 70 kilogram briket. Setiap 1 kg briket membutuhkan sekitar 2 kg kulit kacang. Jadi, dalam sehari kebutuhan bahan bakunya mencapai 180 kg kulit kacang.

Selain memanfaatkan sampah kulit kacang milik sendiri, Edy juga membeli dari petani seharga Rp 50 per kg. Briket kemudian dia jual Rp 2.500 per kg. Edy menjualnya dalam bentuk kemasan 2 kg.

”Produksinya memang belum terlalu tinggi, padahal permintaannya cukup banyak. Salah satu kendalanya adalah peralatan yang kami gunakan sebagian besar masih tradisional. Kalau saja ada investor yang tertarik, mungkin usaha ini bisa dikembangkan lebih maksimal mengingat potensi sampah organik di sini sangat besar,” ujar Edy.

Sederhana

Semua peralatan yang dipakai Edy memang tergolong sederhana. Ia memodifikasi semuanya sendiri. Latar belakang pendidikan teknik mesin semasa belajar di STM 2 Jetis Bantul ternyata cukup membantu.

Misalnya, untuk mesin pengaduk molen briket, dia membuat sendiri dengan meniru prinsip kerja mesin buatan pabrik. Untuk membuat alat itu, ia menghabiskan sekitar Rp 2 juta, sementara jika membeli di pabrik bisa sampai Rp 5 juta. Untuk mencetak briket, Edy juga memanfaatkan alat cetakan genteng yang sudah dia modifikasi.

Untuk memanfaatkan briket, konsumen tinggal membeli tungku yang terbuat dari tanah liat seharga sekitar Rp 10.000. ”Sebelumnya memang belum ada perajin gerabah yang membuat tungku untuk briket. Ketika itu yang ada tungku dari besi seharga Rp 150.000. Setelah saya bicarakan dengan para perajin, mereka lalu memproduksi tungku gerabah sehingga konsumen tidak kesulitan mendapatkannya,” kata Edy.

Untuk menyalakan briket di tungku gerabah tidaklah susah. Caranya, briket ditaruh di lubang di atas tungku lalu dinyalakan dari atas. Menyalakannya pun tidak sesulit briket batu bara. Untuk menyalakan api, orang bisa menggunakan bantuan secuil kain atau kertas.

Keuletan Edy dalam mengembangkan usahanya ternyata mendapat respons positif. November tahun lalu dia berhasil menggondol juara pertama tingkat nasional kategori pengembangan entrepreneurship yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia bekerja sama dengan Citi Peka.

Penghargaan itu membuat Edy semakin bersemangat. Atas prestasinya tersebut, dia mendapat hadiah Rp 11 juta. Rencananya uang itu akan dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha.

Dia yakin, usahanya akan semakin berkembang mengingat ketersediaan minyak tanah bersubsidi semakin langka. Di wilayah Kota Yogyakarta dan Sleman, misalnya, minyak tanah bersubsidi sudah ditarik, sedangkan di kawasan Bantul kemungkinan hanya sampai Desember mendatang.

”Tanpa subsidi, harga minyak tanah bisa Rp 8.000 per liter. Jadi mungkin akan semakin banyak masyarakat yang beralih pada bahan bakar alternatif,” kata Edy.

Menurut dia, briket buatannya mirip dengan briket batu bara. Setiap 1 kg briket bisa menghasilkan panas hingga sekitar dua jam.

Menggunakan briket untuk bahan bakar memasak juga terhitung lebih irit dibandingkan dengan memakai minyak tanah. Untuk keperluan memasak nasi, sayur, dan lauk, jika menggunakan kompor minyak tanah bisa menghabiskan sekitar satu liter minyak yang harganya sekitar Rp 8.000 (harga nonsubsidi). Jika memakai briket, hanya mengeluarkan uang Rp 2.500.

Selain lebih irit, briket kulit kacang juga tidak menimbulkan asap dan jelaga sehingga tidak mengotori dinding dan peralatan memasak, kata Edy.
sumber : kompas >>> coy's

Sabtu, April 18, 2009

Konsumsi BBM Indonesia Tergolong Sangat Boros

Jumat, 2009 April 17


Sumber : http://www.detikfinance.com/

http://www.detikfinance.com/images/content/2009/04/17/4/spbu-alih-dalam.jpg

Jakarta - Konsumsi BBM di Indonesia tergolong sangat boros. Untuk itu pemerintah berharap konsumsi BBM bisa turun dari 1,6 juta barel per hari (bph) di tahun 2008 menjadi 1,5 juta bph di tahun ini.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Evita Herawati Legowo usai Launching Pelayanan Investasi Migas Terpadu dan Gerakan Hemat BBM di Gedung Ditrektorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Plaza Centris, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Jumat (17/4/2009).

"Pada tahun 2008 konsumsi BBM sekitar 1,6 juta bph. Tahun ini kalau bisa 1,5 juta bph karena turun 0,1 juta itu juga nggak gampang," ungkap Evita.

Dilihat dari angka konsumsi BBM, Indonesia termasuk dalam kategori negara yang boros. Pada tahun 2006, saat konsumsi BBM di negara-negara lain berada di bawah 1 juta bph, konsumsi BBM Indonesia mencapai 1,84 juta bph.

"Kita termasuk sangat boros jika dibandingkan negara lain, kita hampir dua kali lipat."

Namun Evita melihat saat ini sudah ada kesadaran masyarakat untuk mengurangi konsumsi BBM. Hal ini ditunjukan dengan menurunnya konsumsi BBM dari 1,84 juta bph di tahun 2006 menjadi 1,6 juta bph di tahun 2008.

"Kita sudah mulai menyadari," ungkapnya.

Evita menambahkan pada tahun 2025 pemerintah menargetkan konsumsi BBM di bawah 1 juta bph. "Di 2025 di bawah satu juta barel atau setidaknya sama dengan Jepang dan Jerman di 2006," jelasnya. Sementara itu, Menteri Energi Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro
menyatakan dengan adanya gerakan hemat BBM, maka penggunaan energi fosil dapat ditekan sehingga bisa mengurangi impor BBM, mengurangi pencemaran udara dan peningkatan peranan eneergi alternatif seperti Coal Bad Methane (CDM).

"Gerakan hemat energi ini untuk meningatkan semua stake holder dan masyarakat bahwa BBM yang berasal dari energi fosil akan habis,"coy

CSR Korporasi Dukung Pendidikan Tinggi


Jakarta,
Penghargaan dari UI DEPOK - Dalam berbagai textbooks, salah satu asumsi yang seringkali dikemukakan terhadap tujuan perusahaan adalah untuk mengejar keuntungan yang maksimal (Mankiw, Quah dan Wilson, 2008) atau nilai perusahaan (Baye, 2006). Dalam kenyataannya, memang tidak dapat dipungkiri bahwa tren globalisasi memaksa korporasi di berbagai belahan dunia untuk memberikan fokus lebih kuat pada aspek profitabilitas dan nilai perusahaan, seperti dikemukakan pula oleh Lord Hanson, CEO Hanson PLC (Harvard Business Review, 2004).

Sekalipun aspek profitabilitas masih menjadi dasar tujuan utama perusahaan, telah berkembang pula berbagai pemikiran yang meletakkan perspektif dunia usaha tidak semata-mata pada aspek keuangan (single bottom line), namun juga meliputi aspek sosial dan aspek lingkungan (triple bottom line) karena dunia usaha juga bertanggung jawab untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan memperhatikan pula faktor lingkungan hidup. Perhatian pada faktor finansial semata diyakini tidak cukup untuk menjamin keberlanjutan kenaikan nilai perusahaan (Mc William dan Siegel, 2000).

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) yang mulai dikenal awal 1970-an makin banyak dipraktekkan oleh korporasi di Indonesia sebagai standar bisnis yang harus dipenuhi terutama apabila ISO 2600 atas Social Responsibility diberlakukan.

Dalam talkshow berjudul "Pemanfaatan CSR Korporasi untuk Mendorong Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi" yang diselenggarakan pada 5 Maret 2009 di auditorium kampus FEUI Depok, Noke Kiroyan, yang kini menjabat sebagai Ketua Konsorsium CSR, mengemukakan suatu penelitian yang menunjukkan sebagian besar perusahaan yang mencapai tingkat keuntungan yang tinggi adalah justru melaksanakan CSR, dan CSR yang dilakukan perusahaan haruslah menempel (embedded) dalam program perusahaan dan memiliki key performance indicators yang jelas dan terukur.

Pada kesempatan yang sama, Arwin Rasyid, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga, mengemukakan pula bahwa CSR yang dilakukan oleh perusahaan tidak boleh dipandang sebagai suatu charity program semata dan haruslah memberikan nilai tambah.

Salah satu bentuk kegiatan CSR yang dilakukan oleh CIMB Group melalui Bank CIMB Niaga, sebagai anak perusahaan, adalah bantuan untuk pembangunan Gedung Dosen dan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) yang secara simbolis diserahkan oleh Arwin Rasyid kepada Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, PhD, Dekan FEUI. Pada kesempatan itu Pertamina diundang sebagai salah satu perusahaan BUMN yang menerima penghargaan karena telah ikut mendukung peningkatan fasilitas dan sarana pendidikan di Universitas Indonesia. Dukung yang telah diberikan Pertamina kepada UI antara lain pengadaan 1.000 buah computer untuk FEUI, pembangunan gedung olah raga futsal yang sudah diresmikan penggunaannya tahun lalu oleh Direktur Utama Pertamina, dan kerjasama penelitian terhadap program Transformasi yang dilakukan Pertamina.

Selanjutnya Pertamina akan terus meningkatkan berperan dan kontribusinya sebagai perusahaan yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap bidang pendidikan, hal ini telah dibuktikan Pertamina melalui berbagai kerjasama yang dilakukan Pertamina dengan berbagai universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia melalui berbagai program CSR Pendidikan, antara lain pemberian beasiswa bagi yang berprestasi dan bagi yang tidak mampu melalui institusi-institusi pendidikan yang ada di wilayah di mana masyarakat itu berada.

Pertamina juga memberi kesempatan kepada mahasiswa dari berbagai bidang studi untuk melakukan magang atau praktek kerja lapangan dengan memperhatikan aspek manfaat yang lebih besar terhadap kelancaran usaha bisnis perusahaan dan peningkatan pengetahuan dan kesejahteraan serta kualitas Bangsa Indonesia.

Kerjasama semacam ini diharapkan akan menciptakan sinergi manfaat yang diterima Pertamina dan oleh perguruan tinggi, sehingga upaya-upaya CSR pendidikan ini dapat mengakselerasi pencapaian visi perusahaan sekaligus meningkatkan citra perusahaan di lingkungan stakeholder pendidikan •Susilawati- CSR

Senin, Maret 16, 2009

Element dan Proses Dalam Pembentukan Hydrokarbon

migas.jpg Banyak orang bertanya-tanya bagaimana sih minyak itu terbentuk dan kenapa tidak semua tempat bisa punya jebakan minyak dan gas bumi? Jadi inget waktu dulu diceritain kalo di suatu tempat ada minyak bumi berarti dulu dinosaurus pernah tinggal dan mati disitu. Terus karena dinosaurus itu tertimbun dan mengalami peruraian maka berubahlah dinosaurus itu menjadi organik material dan akhirnya menjadi minyak bumi. Hmmmm…salah satu penjelasan yang masuk akal. Tapi kalo dipikir-pikir lagi kenapa cuma dinosaurus saja yang bisa jadi minyak gimana dengan yang lain???

Nah looohhh….mulailah kita berpikir lebih panjang lagi untuk bisa menjelaskan proses terbentuknya dan terjebaknya minyak dan gas bumi. Ada suatu analog yang bisa kita pakai untuk menjelaskan terjebaknya hydrocarbon. Seperti halnya membuat kue (sllluurrppp), sebelum kita bisa menikmati kue itu maka kita harus punya bahan dasar kue dan proses gimana membuat kue. Hal ini sama dengan minyak bumi, sebelum minyak terjebak maka kita perlu element atau unsur dan proses pembentuk minyak dan gas bumi.

petroleum-system.jpg Element atau unsur minyak bumi bisa dibagi menjadi 5 bagian.

1. Batuan induk (Source): batuan yang mempunyai banyak kandungan material organik. Batuan ini biasanya batuan yang mempunyai sifat mampu mengawetkan kandungan material organik seperti batu lempung atau batuan yang punya banyak kandungan material organik seperti batu gamping.

2. Batuan penyimpan (Reservoir): batuan yang mempunyai kemampuan menyimpan fluida seperti batu pasir dimana minyak atau gas dapat berada di antara butiran batu pasir. Atau bisa juga di batu gamping yang banyak rongga-rongganya. Intinya batu yang punya rongga dan rongga-rongga ini terhubung satu sama lain.

3. Batuan penutup (Seal): batuan yang impermeable atau batuan yang tidak gampang tembus karena berbutir sangat halus dimana butiran satu sama lain sangat rapat.

4. Migrasi (Migration): berpindahnya minyak atau gas bumi yang terbentuk dari batuan induk ke batuan penyimpan sampai dimana minyak dan gas bumi tidak dapat berpindah lagi.

5. Jebakan (Trap): bentuk dari suatu geometri yang mampu menahan minyak dan gas bumi untuk dapat berkumpul.

migration.jpg Proses juga tidak kalah pentingnya dengan unsur penyusun minyak bumi. Kalau kita punya unsur tapi proses tidak mendukung atau sebaliknya maka minyak bumi juga tidak akan terbentuk. Proses juga bisa dibagi menjadi 5 tahap.

1. Pembentukan (Generation): Tekanan dari batuan2 di atas batuan induk membuat temperatur dan tekanan menjadi lebih besar dan dapat menyebabkan batuan induk berubah dari material organik menjadi minyak atau gas bumi.

2. Migrasi atau perpindahan (Migration): Senyawa hidrokarbon (minyak dan gas bumi) akan cenderung berpindah dari batuan induk (source) ke batuan penyimpan (reservoir) karena berat jenisnya yang ringan dibandingkan air.

3. Pengumpulan (Accumulation): Sejumlah senyawa hidrokarbon yang lebih cepat berpindah dari batuan induk ke batuan penyimpan dibandingkan waktu hilangnya jebakan akan membuat minyak dan gas bumi terkumpul.

4. Penyimpanan (Preservation): Minyak atau gas bumi tetap tersimpan di batuan penyimpan dan tidak berubah oleh proses lainnya seperti biodegradation (berubah karena ada mikroba-mikroba yang dapat merusak kualitas minyak).

5. Waktu (Timing): Jebakan harus terbentuk sebelum atau selama minyak bumi berpindah dari batuan induk ke batuan penyimpan.

Nah…..kalo semuanya ini terpenuhi maka kemungkinan besar kita bisa menemukan jebakan minyak atau gas bumi.

Referensi :

Rabu, Februari 18, 2009

Tim Penanganan Plumpang Dibentuk coy>>>

JAKARTA - Pemerintah membentuk tim khusus penanganan untuk mempercepat penyelesaian relokasi dan pengaman Depo Plumpang.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengatakan, tim gabungan terdiri dari berbagai instansi, yaitu Pemprov DKI, Pertamina, Polda Metro Jaya, Perumnas, dan BTN. Sementara yang akan memimpin tim adalah Pemprov DKI. Tim itu akan dibentuk setelah melapor ke Gubernur Fauzi Bowo.

Pembentukan tim berdasarkan rapat yang digelar di kantor Menkopolhukam Senin 9 Februari kemarin. Nantinya tim tersebut akan membantu mengamankan depo serta relokasi warga ke lokasi baru.

"Kita sepakat sebanyak 1.500 KK yang akan terkena pembangunan buffer zone (zona penyangga) akan direlokasi ke rumah susun sewa (rusunawa)," katanya, Selasa (10/2/2009).

Untuk lokasi pembangunan rusun, akan dipilih tempat yang dekat dengan Depo Plumpang. Nantinya, Pertamina sebagai pemilik lahan akan membiayai. Prijanto memperkirakan pembangunan rusunawa akan selesai satu tahun. Sementara proses relokasi masih dibicarakan, apakah membangun rusunawa terlebih dulu atau merelokasi warga.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Perumahan DKI Jakarta Agus Subandono mengatakan, berdasarkan rencana nantinya akan dibangun 10 blok atau 10 tower rusunawa berlantai enam. Lokasi yang dicari adalah kawasan tidak banyak dihuni warga, sehingga memudahkan pembebasan lahan.

Dikonfirmasi terpisah, Vice President Corporate Communication Pertamina Anang Rizkani Noor mengatakan, Pertamina belum menyepakati pembangunan dan relokasi warga ke rusunawa. Pertamina juga belum menyetujui pendanaan pembangunan relokasi itu. "Belum ada keputusan," pungkasnya. Namun, Pertamina sepakat dengan pembangunan zona penyangga. (Neneng Zubaidah/Sindo/teb)