Rabu, Oktober 08, 2008

Harga BBM Tidak Akan Turun : ESDM



JAKARTA, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro memastikan pemerintah tidak akan menurunkan harga BBM di dalam negeri pada tahun ini meski harga minyak cenderung terus turun hingga akhir tahun.

“Harga BBM tidak bisa turun karena dari bulan Januari sampai September 2008 kemarin harga rata-rata Indonesian crude oil price (ICP) masih berada di atas 100 dollar AS per barrel,” ujar Purnomo, Rabu (8/10). Menurut Purnomo, angka ini masih di atas asumsi harga minyak dalam APBN-P 2008, yaitu 95 dollar AS per barrel.

Purnomo mengimbuhkan, kenaikan harga BBM sebesar 28,3 persen pada bulan Mei 2008 dipicu oleh kenaikan rata-rata ICP yang berada di level di atas 100 dollar AS per barrel. Jadi, sesuai dengan UU Nomor 14 Pasal 16 APBN-P 2008, pemerintah memiliki kewenangan menaikkan harga BBM kalau harga minyak lebih dari 100 dollar AS per barel.

Sepanjang tahun ini rata-rata ICP masih di angka 111,75 dollar AS per barrel. Pemerintah baru akan membahas kemungkinan penurunan harga BBM jika rata-rata ICP bisa berada di bawah 100 dollar AS per barrel atau berturut-turut dalam dua bulan terakhir berada di level 70 dollar AS per barrel. Dengan asumsi ini, pemerintah memperkirakan harga BBM tidak akan turun pada tahun ini karena kecil kemungkinan minyak turun di bawah 70 dollar AS per barrel.

Direktur Reforminer Institut Pri Agung Rakhmanto menyatakan, pemerintah seharusnya tidak melihat perlu tidaknya penurunan harga BBM berdasarkan ICP. Soalnya, dengan harga minyak yang terus turun, ada dana subsidi yang tidak terpakai. Turunnya harga minyak, ujar Pri Agung, menjadikan penurunan beban subsidi lebih besar dibandingkan dengan penurunan penerimaan migas. Jadi, saban ada penurunan harga minyak sebesar 1 dollar AS per barrel, bisa mengurangi subsidi Rp 500 miliar.

Senada dengan Pri Agung, pengamat perminyakan, Kurtubi, juga menganggap asumsi pemerintah terlalu dini dan mendahului pasar. Menurutnya, ada tiga hal yang memungkinkan minyak dapat turun hingga menyentuh 70 dollar AS per barrel.

Pertama, resesi perekonomian dunia bertambah parah dalam dua bulan ke depan. Kedua, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) gagal atau tidak sepakat mengurangi produksi minyak. Ketiga, dollar tambah berjaya, terutama terhadap euro. “Memang, bulan November-Desember masuk musim dingin. Permintaan terhadap minyak pasti naik serta ada indikasi Iran dan Venezuela tidak akan membiarkan harga minyak jatuh hingga 70 dollar AS per barrel. Namun, pemerintah tidak boleh menutup mati kemungkinan penurunan itu,” kata Kurtubi.

Kedua pengamat ini sepakat bahwa BBM seharusnya turun mengikuti penurunan harga minyak dunia. “Walaupun tidak turun ke harga semula, minimal bisa turun 10 persen dari kenaikan yang tinggi pada bulan Mei,” kata Pri Agung.

Ia mengimbuhkan, pemerintah mestinya fair jika berani memastikan harga harus naik saat harga dunia bergejolak, mengapa minyak yang sudah turun malah memastikan tidak akan turun. “Tidak perlu tunggu sampai 70 dollar AS, perhitungkan saja berapa harga penurunan yang rasional,“ tandas Pri. (Rella Shaliha,Hikmah Yanti)

Tidak ada komentar: