Kamis, Mei 28, 2009

Pemerintah Usulkan Besaran Alfa BBM Bersubsidi 2010

Cara perhitungan Alpha:
http://docs.google.com/Presentation?id=dtzc55h_41dsjk75cd
KAMIS, 28 MEI 2009 14:53 WIB
JAKARTA. Pemerintah mengusulkan besaran alpha bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun 2010 pada Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, di Jakarta, Kamis (28/5). Usulan ini disampaikan Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H Legowo yang didampingi Kepala BPHMIGAS Tubagus Haryono, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, dan Wakil Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI.

Besaran alpha BBM bersubsidi tertimbang rata-rata nasional yang diusulkan antara Rp 573,83 sampai dengan Rp 587,31 per liter, dengan asumsi ICP US$ 45-70 per barel. Alpha yang diusulkan tersebut, lebih besar dibanding alpha tahun 2009 yaitu antara Rp 563,57 sampai Rp 577,43 per liter, dengan ICP antara US$ 45-70 per barel.

Untuk ICP US$ 45 per barel, alphanya mencapai Rp 573,83 per liter. ICP US$ 50 per barel, alpha sebesar Rp 576,52 per liter dan Rp 579,22 per liter untuk ICP 55 per barel. ICP US$ 60 per barel, alpha mencapai Rp 581,92 per liter. ICP US$ 65 per barel, alpha Rp 584,61 per liter dan ICP US$ 70, alphanya Rp 587,31 per liter.

Dirjen Migas Evita H Legowo menjelaskan, formula harga patokan BBM PSO merupakan jumlah dari MOPS ditambah Alpha. MOPS (Mean of Platts Singapore) merupakan harga indeks minyak di Singapura yang mencerminkan transaksi jual beli produk minyak, sedangkan alpha adalah biaya distribusi plus margin dimana harga jual eceran sudah termasuk dengan PPPKB 5% kecuali minyak tanah, dan PPN 10%.

Alpha sendiri, lanjut Dirjen Migas, terdiri komponen biaya pengangkutan, distribusi, penyimpanan, margin BU (Pertamina), dan margin penyalur. Pengangkutan diuraikan atas pengangkutan yang dilakukan melalui laut dan biaya penyaluran melalui pipa dari kilang menuju depot. Biaya distribusi adalah biaya distribusi darat, laut, dan udara dari depot ke lembaga penyalur, kecuali minyak tanah. Penyimpanan terdiri dari biaya penyimpanan dan handling termasuk angkutan sampai ke depot dan asuransi. Selanjutnya, ujar Dirjen Migas, ada margin dari badan usaha (BU) sebagai pelaksana BBM PSO yang harus mendapatkan margin yang wajar, sementara margin penyalur adalah margin tertimbang dimana minyak tanah tidak mendapatkan margin.

Untuk tahun 2010, pemerintah mengusulkan volume BBM bersubsidi sebesar 36,504 juta kilo liter, terdiri dari premium 21,454 juta kilo liter, kerosene 3,8 juta kilo liter dan solar 11,250 juta kilo liter. Sumber ESDM

SPBU Terbakar, 1 Penumpang Angkot Gosong


SERANG (Pos Kota) – Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 34-142.14 di Kampung/Desa Kalodran, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Banten, Kamis (28/5) pagi, terbakar.

Musibah kebakaran tersebut mengakibatkan 2 penumpang angkutan kota (angkot) terbakar, seorang diantaranya tewas dengan kondisi gosong.

Meski kondisi korban tewas sulit diketahui namun polisi telah mengidentifikasi korban sebagai siswa sekolah menengah umum. Sedangkan korban luka bakar yang dirawat di RSUD Serang bernama Joni, 18, warga Kampung Parung Dalam, Kelurahan Panancangan, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.

Penyebab terbakarnya pom bensin di Jln. Raya Serang-Jakarta, Kota Serang ini masih dalam penyelidikan. Namun kebakaran terjadi diduga akibat sambaran api yang berasal dari kompor pedagang cilok saat sang supir mengisi bensin ke dalam diriken.

Berdasarkan keterangan di lokasi kejadian, musibah kebakaran yang terjadi di SPBU milik Edi Amin, pengusaha asal Jakarta Barat ini terjadi sekitar pukul 06:30. Bermula ketika supir angkot A 1939 BJ jurusan Terminal Pakupatan-Pontang yang identitasnya belum diketahui ini berniat mengisi bensin ke dalam diriken yang ada didalam angkot.

Dalam kendaraan tersebut ada pedagang cilok membawa kompor yang masih menyala. Supir angkot ini tidak memperhatikan kompor yang berdampingan dengan diriken tersebut masih menyala. Seketika api menyambar bensin yang berada dalam derigen.

Tujuh penumpang yang ada didalam kendaraan berusaha menyelamatkan diri namun salah satu penumpang tidak berhasil menyelamatkan diri dan tewas terbakar.

Dibantu warga setempat, petugas SPBU berusaha memadamkan api yang mayambar mesin pengisian dengan peralatan kebakaran yang ada. Agar kobaran api tidak merembet ke mesin pengisian lainnya, warga menyeret kendaraan angkot yang terbakar ke sisi jalan. Upaya warga berhasil, kobaran api berhasil dipadamkan sebelum petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian.

Sabtu, Mei 09, 2009

POTENSI BIOFUEL DARI JERAMI

Potensi Biofuel dari Jerami PDF Cetak E-mail
Thursday, 29 May 2008
 Kompas.com - Di sejumlah besar daerah jerami masih dianggap sampah bahkan akhirnya berakhir dengan dibakar karena tak bermanfaat. Padahal, produk sampingan dari usaha pertanian padi tersebut sebenarnya punya potensi besar sebagai bahan dasar biofuel, bahan bakar ramah lingkungan.

Tidak hanya akan memberikan nilai tambah, pemanfaatan jerami juga mencegah pelepasan karbon ke atmosfer saat terbakar. Siklus karbon ke atmosfer dapat diperpanjang dengan mengubahnya menjadi biofuel.

Terobosan tersebut telah dilirik produsen ethanol di China. Apalagi, sebagai salah satu negara terbesar, setiap tahun sekitar 230 juta ton batang jerami dibuang begitu saja. Tiga fasilitas pengolahan jerami menjadi biofuel telah dibangun sampai saat ini.

Namun, untuk mengolah jer ami bukan hal yang mudah. Batang jerami yang kaya selulosa tidak mudah terurai bakteri yang biasa dipakai dalam proses pembuatan biomassa. Para peneliti memanfaatkan larutan alkali sodium hidroksida untuk melunakkannya sebelum proses fermentasi atau peragian.

"Semuanya dilakukan pada suhu kamar, tanpa energi tambahan, dan butuh sedikit air, sehingga secara keseluruhan prosesnya sederhana, cepat, efektif biaya, dan ramah lingkungan," ujar Xiujin Li dari Universitas Teknologi Kimia Beijing.

Metode yang sama sebenarnya juga sudah digunakan untuk memproduksi ethanol di lebih dari 30 negara. Namun, bahan yang diolah adalah tebu, jagung, dan kedelai yang notebene merupakan sumber pangan utama manusia, bukan bahan buangan.

Sementara di China, jerami diolah agar menghasilkan biogas. Penggunaan larutan tersebut telah terbukti meningkatkan produksi campuran gas methan dan karbon dioksida hingga 65 persen. Residu atau sampah olahannya juga bermanfaat sebagai kompos.

"Dengan cara ini, jerami benar-benar didaur ulang seluruhnya," ujar Li. Memang masih ada gas karbon diosida yang dilepaskan, namun kadarnya tak sebesar jika jerami dibakar.

Pilot proyek tiga pabrik dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah China melalui Program Riset dan Pengembangan Teknologi Tinggi. Sebagai negara agraris penghasil padi, bukankah teknologi semacam ini sangat tepat di Indonesia daripada menggunakan singkong atau kelapa sawit.

WAH/Livescience.com

Menanam Sumber Energi di Lahan Tandus


PDF Cetak E-mail


Foto: Alfy - Mataram

Areal bekas pertambangan di kaki sebuah bukit di Citereup, Bogor, Jawa Barat, itu dua atau tiga tahun lalu gersang dan panas. Tidak ada tetumbuhansebagai peneduh. Yang ada hanya hamparan bebatuan terjal ukuran besar dan sedang. Sejauh mata memandang hanya hamparan bumi yang kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan flora dan fauna di sana.

Namun kini, hamparan tanah tandus dan gersang itu mulai menghijau. Di sanasini tumbuh pohon jarak setinggi sekitar setengah meter. Bahkan ada yang lebih tinggi dari itu. Meski di lahan tandus, namun pohon yang oleh masyarakat dikenal sebagai jarak pagar (Jatropha curcas L), itu tumbuh dengan subur. Daun danbijinya yang lebat memberi indikasi kuat bahwa tanaman ini mendapat suplai makan yang cukup dari tanah tandus tempatnya tumbuh.

Tanaman jarak itu sengaja ditanam di areal bekas tambang PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di kawasan Cietereup. Tidak hanya untuk reklamasi areal bekas tambang, budidaya tanaman ini juga dimaksudkan sebagai upaya pengembangan energi alternatif. Jarak yang dihasilkan tersebut diolah dan bisa dipakai dalam proses pembakaran di pabrik Indocement.

Penggunaan minyak jarak ini bisa menggantikan batu bara sebagai energi yang tidak terbaharukan. Dan ternyata, kualitas pembakaran dengan minyak jarak ini tidak kalah dengan yang dihasilkan batu bara. Keuntungan lainnya, pembakaran minyak jarak dalam proses produksi semen ini lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2) sebagai penyumbang utama pemanasan global. Atas kebijakan membudidayakan tanaman jarak ini, tak heran kalau PT Indocement mendapat penghargaan Indonesian CSR Award 2008 kategori sosial dan lingkungan.

Jarak merupakan tanaman yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini digunakan sebagai bahan bakar pesawat Jepang saat menjajah Indonesia pada 1942 sampai 1945. Hampir semua bagian tanaman ini bisa dimanfaatkan. Misalnya untuk obat berbagai jenis penyakit, seperti radang, batuk, dan sebagai antiseptik. Juga bisa untuk bahan baku sabun, insektisida, dan minyak.

Kandungan minyak jarak kalah dibandingkan sawit, kelapa atau alpukat. Namun rendemen minyak (trigliserida) dalam inti biji sekitar 55 persen atau 33 persen dari berat total biji. Ini lebih besar ketimbang sawit yang sebesar 20 persen.

Sejumlah peneliti bahkan ada yang mengatakan rendemen jarak pagar Indonesia bisa mencapai 42 persen Public & General Affairs Division Manager PT Indocement Tbk, Alexander Frans, mengungkapkan, selain mendukung lingkungan, budidaya tanaman jarak juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sebab harga minyak jarak yang dipakai dalam proses produksi semen lebih murah dibandingkan batu bara.

Industri semen, katanya, adalah jenis industri yang padat bahan bakar. Sekitar 50 persen dari biaya produksi adalah untuk batu bara. Karena itu perlu dipikirkan energi alternatif yang bisa menggantikan batu bara.

‘’Suatu saat cadangan energi dari batu bara akan habis. Karena itu perlu solusi lain agar kita tidak tergantung pada batu bara. Dan energi alternatif dari tanaman jarak ini menjadi salah satu jawabannya. Sepanjang 2008 kemarin, pemakaian minyak jarak idi Indocement bisa menggantikan sekitar 7 persen penggunaan batu bara,’’ ujarnya kepada Republika.

Hingga saat ini, terang Alex, panggilan akrab Alexander Frans, luas lahan tanaman jarak yang dibudidayakan mencapai 200 hektar. Ini berada di tiga lokasi pabrik, Citereup (Bogor), Cirebon, danTarjun (Kalimantan Selatan). Ke depan pihaknya menargetkan luas lahan budidaya tanaman jarak ini bisa mencapai seribu hektar.

Setiap pohon bisa menghasilkan hingga 100 buah. Dan setiap buah memiliki tiga biji yang bisa menghasilkan bahan bakar minyak. ‘’Biji jarak ini kami peras dan langsung menghasilkan minyak. Minyak inilah yang kami gunakan untuk proses pembakaran semen. Tidak hanya biji jarak, cangkangnya juga kami gunakan untuk proses pembakaran. Jadi sama sekali tidak menghasilkan residu atau sampah. Artinya semua bagian jarak digunakan untuk proses pembakaran,’’ jelas Alex. Dalam program ini, Indocement melibatkan masyarakat di sekitar pabrik.

Perusahaan memberikan bibit tanaman jarak kepada masyarakat. Tidak hanya itu, pendampingan dan bimbingan juga dilakukan agar masyarakat mampu menanam tanaman dengan baik dan hasilnya maksimal. Setelah dipanen, Indocement akan membeli hasil tanaman jarak tersebut dari masyarakat sesuai harga pasar.

Dengan melibatkan masyarakat setempat dalam proyek ini, maka pihaknya telah memberikan sumbangsih terhadap pembangunankomunitas dan pemberdayaan ekonomi. ‘’Sebenarnya banyak perusahaan lain yang sudah mengembangkan jarak. Hanya saja mereka terkendala penyerapannya. Kami sudah sampaikan, selama biaya pengakutan ke pabrik kami visibel, maka kami siap menampung pohon jarak dari pihak lain,’’ demikian ujar Alex.

Pengembangan tanaman jarak sebagai energi alternatif yang dilakukan Indocement bisa jadi inspirasi bagi produsen semen yang lain. Jika semua perusahaan semen melakukan hal yang sama, tentu bisa menghemat batu baradalam jumlah besar. Selain menguntungkan secara ekonomi, hal ini tentu berdampak pada lingkungan karena mengurangi pemanasan global secara signifikan. Selama ini kita mengetahui pemanfaatantanaman jarak sebagai oli dan minyak tanah. Ternyata, jarak juga bisa dimanfaatkan dalam proses produksi semen.

Investor asing
Potensi tanaman jarak di Indonesia yang sangat besar menarik minat investor asing untuk berinvestasi. Setidaknya lima perusahaan asal Cina sudah siap menanamkan modal di sektor perkebunan dan pertanian untuk mengembangkan bahan bakar nabati (biofuel) di Indonesia dengan nilai investasi sekitar 500 juta dolar AS.

‘’Biofuel berbahan baku tanaman jarak sudah mulai dikembangkan di Nusa Tenggara Timur (NTT),’’ kata Duta Besar Indonesia untuk Cina, Sudrajat, seperti dikutip Republika beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan, pengembangan budidayatanaman jarak di NTT dilakukan dengan menggandeng perusahaan dalam negeri, dan akan dikembangkan ke sejumlah wilayah lain bagian timur Indonesia. Selain dari tanaman jarak, perusahaan yang berasal dari Shenzen dan Shanghai tersebut juga mengembangkan biofuel dari kelapa sawit. ‘’Selain untuk keperluan pabrik biofuel di dalam negeri, hasil tanaman jarak dan bahan baku kelapa sawit dari Indonesia diharapkan juga bisa memenuhi refinery biofuel di Cina,’’ ujar Sudrajat. jar

Sumber: Republika