Senin, Oktober 27, 2008

KSO : Bentuk Efisiensi Depot Pertamina /Plumpang


Kerja Sama Operasi


kerjasama operasi pertamina.jpg
Kerja Sama Operasi, Wakil Direktur Utama Iin Arifin Takhyan, Direktur Hulu Sukusen Soemarinda dan Presiden Direktur Pertamina EP Kun Kurnely menyaksikan para wakil mitra usaha Pertamina di bidang hulu menandatangani Kerja Sama Operasi (KSO) dengan PT Pertamina EP di Jakarta, Rabu (25/4). Para mitra tersebut adalah PT Formasi Sumatera Energi, Geo Corporation Lt., PT Duta Firza, PT Geraldo Putra Mandiri, Pasific Oil & Gas Ltd., PT Sari Pari Pertiwi Abadi, PT Indelberg Indonesia, dan PT Kamundan Energi. Penandatanganan tersebut merupakan implementasi program stratejik Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dengan proyeksi produksi minyak di tahun 2009 sebesar BOPD serta komitmen investasi tiga tahun sebesar 135,4 juta dollar AS.
DepDir_Distribusi_Ahmad_Bambang Pengantar Redaksi :
Pertamina terus dituntut untuk melakukan terobosan-terobosan di berbagai fungsi maupun direktorat. Adapun terobosan yang dilakukan untuk mencapai tingkat efisiensi serta kualitas pelayanan yang optimal. Untuk itu dilakukan kerja sama operasi, dalam hal ini Pertamina menunjuk anak perusahaannya yakni Patra Niaga untuk mengelola depot-depot Pertamina. Berikut petikan wawancara Deputi Direktur
Distribusi Ahmad Bambang kepada Media Pertamina. Apa yang menjadi dasar utama dilakukannya Kerja Sama Operasi (KSO) dengan anak perusahaan?
Sebagaimana diketahui bahwa Pertamina hingga saat sekarang masih mendapat tekanan yang cukup berat dari stakeholder. Selain itu, hampir 50% deviden negara masih merupakan tugas dan tanggungjawab Pertamina.

Kedua, sejak diberlakukannya undang-undang baru No.22/2001, itu sudah mengubah iklim usaha migas menjadi lebih liberal.

Artinya siapa saja boleh masuk. Untuk diketahui, bahwa dalam iklim liberal yang bertahan cuma dua, yaitu siapa yang bisa menjual produk dengan harga lebih murah serta kualitas produk dan layanan yang bagus, itu yang akan menjadi pemenang.

Jadi tekanan utama sekarang di sisi harga dan kualitas. Artinya kita harus bisa men-deliver dengan harga yang wajar dan dengan kualitas yang baik.


Berkaitan dengan KSO, pengalihan pengoperasian depot kepada Patra Niaga, bagaimana?
Pada dasarnya karena Pertamina ingin efisien.

Mengubah pola yang dari dulu padat karya menjadi nantinya depot worldclass, yang semuanya full automation. Dengan menggunakan tenaga manusia seperlunya saja.

Itu yang merupakan hal mendasar.

Kedua, Pertamina mempunyai tanggung jawab moral untuk membesarkan anak-anak perusahaannya.

Nah, sekarang Pertamina tetap mengurus manajemen distribusi BBM, sedangkan untuk operasinya kita serahkan kepada anak perusahaan, agar anak perusahaan Pertamina menjadi besar.

Jadi itu sebabnya mengapa Pertamina menunjuk Patra Niaga.

Dengan menunjuk Patra Niaga, Pertamina dan Patra Niaga tetap mendapatkan keuntungan. Selain itu di sisi Pertamina juga tetap dapat efisiensi.

Program ini akan terus disebarluaskan, yang pada tahun 2008.

Terdapat 6 wilayah besar yang akan dilakukan, di antaranya Surabaya, Semarang, Medan, Jakarta, dan Banten.


Bagaimana dengan sistemnya?
Patra Niaga dalam hal ini, dia bertanggung jawab untuk mengelola dan memelihara. Jadi dengan demikian program executor-nya. Tapi manajemen distribusinya masih di Pertamina.

Karena Pertamina masih mempunyai orang disini dan jumlahnya tinggal 4 orang dari 18 orang. Dan fungsi orang Pertamina hanya memantau kegiatan yang dilakukan Patra Niaga. Sudah benar atau belum. Kedua, menjamin kepuasan kepada konsumen dan menjamin suplai depot aman.



Mengapa depot-depot di-KSO-kan?
Karena Pertamina tidak mempunyai kompeten untuk memelihara fasilitas yang automation.

Selama ini, teknik bisa membangun automation tetapi setelah itu tidak terpelihara. Sebagai contoh Tanjung Gerem dan Manggis. Automation dibangun dan di-upgrade, tapi tidak beroperasi secara maksimal.

Nah, saya meminta kepada Patra Niaga untuk melakukan kerja sama sebagai penyedia automation yang terintegrasi ini sehingga menjadi world class.

Kemudian ekspetisenya, Patra Niaga bisa mengelola murni.

Jadi dalam hal ini Patra Niaga bukan hanya mengoperasikan dan memelihara saja, tetapi juga bisa berinvestasi.

Seperti di Surabaya Patra Niaga perlu dana kurang lebih 40 miliar untuk mengubah tampilan depot Surabaya menjadi world class.

Misalnya filling set mungkin hanya perlu beberapa buah dengan desain multi produk dan pipa di atas.

Di sini (Depot Cikampek, red) sistemnya sudah bagus dan baru. Jadi investasinya tidak banyak. Tinggal menjalankan dan memelihara saja.

Meskipun secara bertahap, Patra Niaga tetap perlu melakukan perbaikan sedikitsedikit sehingga nantinya menjadi Depot world class.



Apa saja yang masuk dalam KSO?
Kerjasama dengan Patra Niaga sekarang ini baru pada ke sistemannya saja. Jadi yang terkait secara meter dan automation.

Kalau memelihara pagar, tangki dan pipa, masih tanggung jawab Pertamina. Itu pun cost-nya sudah diperhitungkan.

Termasuk tanggung jawab LK3.

Karena itu Pertamina masih menaruh beberapa orangnya.

Untuk sementara dilakukan uji coba terlebih dahulu, dan manajemen suplai masih tanggung jawab Pertamina. Karena itu tanggung jawab Pertamina dalam suplai dn distribusi masih tetap sama.•NDJ

Tidak ada komentar: