Selasa, Oktober 28, 2008

Dua Pabrik Biodiesel Diaktifkan Pemerintah

Jakarta, Kompas - Dua pabrik biodiesel dengan kapasitas total 12.000 liter per hari yang dibangun tahun lalu oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan diaktifkan. Upaya ini untuk menyelamatkan petani sawit yang terpukul oleh jatuhnya harga tandan buah segar atau TBS sawit dan minyak sawit.

Pembangunan dua pabrik biodiesel itu mendekati lokasi sumber bahan baku untuk memotong biaya transportasi TBS,” kata Deputi Bidang Perkembangan Riset dan Ilmu Pengetahuan pada Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) Bambang Sapto Pratomosunu, Senin (27/10) di Jakarta.

Secara terpisah, Asisten Deputi Urusan Pengembangan Rekayasa Riset dan Ilmu Pengetahuan KNRT Agus Rusyana Hoetman mengatakan, kondisi petani sawit sudah memprihatinkan.

”Sebagian petani sawit yang saya temui di Kecamatan Sorangga, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, memetik tandan sawit untuk dijadikan pupuk pohon sawit, bukan dijual,” ujarnya. Harga TBS sawit turun dari Rp 3.000 per kilogram (kg) menjadi sekitar Rp 200 per kg.

Pabrik biodiesel itu berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan, dan di Sorangga, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pada Jumat (24/10) KNRT melatih 21 lulusan tingkat STM, D-III, dan S-1 untuk mengaktifkan pabrik itu.

Pekan ini ada pelatihan serupa di Kalimantan Selatan. Biodiesel mereduksi 10 persen solar—sebagai campuran, membuka alternatif produksi petani sawit, dan kampanye ramah lingkungan.

”Di Ogan Komering Ulu Timur ada sekitar 3.000 alat berupa traktor pertanian, genset, dan sebagainya, solar tiap hari 30.000 liter. Biodiesel mereduksi sampai 3.000 liter per hari. Penggunaannya bisa 100 persen dengan modifikasi alat,” kata Bambang.

Modifikasi peralatan, menurut Bambang, meliputi penggantian bahan-bahan karet semua saluran dari tangki hingga silinder ruang bakar dengan bahan viton atau teflon yang antilengket.

Tingginya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menyebabkan biodiesel mahal sehingga tidak kompetitif. Petani lebih suka menjual langsung ke eksportir. ”Sekarang harga biodiesel kompetitif,” kata Agus.

Setiap 5 kg TBS sawit, menurut Agus, bisa menghasilkan 1 kg CPO. Satu kg CPO itu menjadi 0,9 kg biodiesel atau sekitar 1,1 liter biodiesel. ”Biaya pengolahan 1 liter biodiesel berkisar Rp 3.800 per liter, sehingga sangat kompetitif dibanding harga solar industri atau tanpa subsidi pemerintah yang mendekati Rp 10.000 per liter,” kata Agus. (NAW)

Tidak ada komentar: